Program

Seri FGD Kegiatan VOICE: Rangkaian Diskusi Perdana Di Kasepuhan Ciptagelar

Pada tanggal 16 sampai dengan 19 Desember 2019, Common Room melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion kegiatan Voice perdana (FGD I) di Kampung Ciptagelar. FGD tersebut dilaksanakan dalam rangka menyusun rangkaian aktivitas pemberdayaan petani muda dan perempuan Kasepuhan Ciptagelar bersama dengan pimpinan adat, perwakilan sesepuh, serta para penerima manfaat kegiatan terkait.

Kegiatan FGD dilaksanakan dalam beberapa sesi. FGD sesi pertama menghadirkan Abah Ugi dan Mamah Alit sebagai narasumber utama. Sesi tersebut membahas potensi pertanian non-padi, seperti pertanian sayuran dan palawija, serta pengembangan potensi wanatani (agroforestry) di wilayah Kasepuhan Ciptagelar. Pertama-tama, Abah Ugi dan Mamah Alit memberikan gambaran mengenai kebutuhan akan produk pertanian non-padi dan wanatani pada setiap kegiatan adat di lingkungan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar dan khususnya di Imah Gede.

Imah Gede merupakan salah satu infrastruktur utama di Kasepuhan Ciptagelar yang memiliki fungsi sebagai salah satu pusat kegiatan adat dan tempat penerimaan para tetamu yang datang ke Kampung Ciptagelar. Produk pertanian non-padi dan wanatani untuk setiap kegiatan adat dan di Imah Gede sebagian besar diperoleh dari sumbangan warga Kasepuhan Ciptagelar dan dibeli dari pasar-pasar di sekitar Kasepuhan Ciptagelar.

Dengan luasnya lahan pertanian di wilayah Kasepuhan Ciptagelar, terdapat potensi yang besar bagi petani muda dan perempuan Ciptagelar untuk melaksanakan aktivitas pemenuhan kebutuhan kegiatan adat dan Imah Gede. Abah Ugi dan Mamah Alit menyampaikan pula adanya potensi pengembangan produk-produk kecantikan, perawatan tubuh dan obat-obatan tradisional yang biasanya menggunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar wilayah Kasepuhan Ciptagelar.

Sesi kedua kegiatan FGD perdana diisi dengan diskusi tentang kebutuhan harian akan produk pertanian non-padi dan wanatani di Imah Gede. Sesi tersebut dihadiri oleh Mamah Iis sebagai penanggung jawab pengelolaan dapur Imah Gede yang didampingi oleh Ki Koyod sebagai rorokan pamakayaan yang bertanggung jawab dalam mengelola sistem pertanian di lingkungan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar.

Mamah Iis menyampaikan bahwa kegiatan di dapur Imah Gede berlangsung selama 24 jam setiap harinya dan 7 hari setiap minggunya. Sebagai dampaknya, kebutuhan harian dapur Imah Gede sangat besar. Kebutuhan tersebut belum mencakup kebutuhan-kebutuhan untuk pelaksanaan kegiatan adat di Kasepuhan Ciptagelar yang berpusat di Imah Gede, yang meningkatkan intensitas kegiatan di dapur Imah Gede secara signifikan.

Dalam kesempatan ini Mamah Iis memberikan pula gambaran mengenai pengelolaan kebutuhan dapur Imah Gede. Kegiatan pengadaan kebutuhan dapur Imah Gede dilaksanakan melalui pembelian secara harian, mingguan, maupun bulanan. Seluruhnya bergantung kepada pemanfaatan kebutuhan-kebutuhan tersebut setiap hari. Khusus untuk kebutuhan produk pertanian non-padi dan wanatani, Ki Koyod biasanya dibantu oleh beberapa tetua adat yang juga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kegiatan FGD sesi ketiga dilaksanakan di kediaman Ki Koyod dengan membahas kebutuhan akan produk pertanian non-padi dan wanatani untuk kegiatan adat lainnya di lingkungan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Berdasarkan penuturan Ki Koyod, pada awalnya setiap kebutuhan kegiatan adat diambil dari hutan dan lingkungan sekitar Kasepuhan Ciptagelar. Untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya, Ki Koyod mulai membudidayakan sebagian besar produk pertanian non-padi dan wanatani untuk kebutuhan kegiatan adat di sekitar kediamannya, baik di lahan yang dikelola warga kasepuhan, maupun di lahan yang dikelola secara langsung oleh Ki Koyod.

Ki Koyod menyampaikan pula bahwa lahan-lahan di sekitar wilayah kasepuhan dikelola secara gotong-royong oleh warga secara sukarela. Partisipasi warga kasepuhan yang sangat tinggi merupakan kunci utama dalam penyediaan kebutuhan kegiatan adat. Selanjutnya sesi keempat kegiatan FGD membahas sumber daya kehutanan dan dilaksanakan di kediaman Ki Sarban yang bertindak sebagai narasumber utama. Ki Sarban menjelaskan bahwa kawasan hutan di wilayah Kasepuhan Ciptagelar telah menyediakan seluruh kebutuhan untuk melaksanakan kegiatan adat maupun kebutuhan khusus seperti obat-obatan.

Saat ini, sebagian besar kebutuhan kegiatan adat dan kebutuhan khusus tersebut telah dibudidayakan di lahan-lahan pertanian yang dikelola oleh pihak kasepuhan dan warga secara umum. Ki Sarban menyampaikan pula bahwa sumber daya kehutanan yang tidak menjadi kebutuhan kegiatan adat maupun kebutuhan khusus telah dijaga kelestariannya oleh pihak Kasepuhan Ciptagelar dan warganya, karena sumber daya tersebut memiliki fungsi sebagai pilar dalam mempertahankan kelestarian daya dukung hutan dan lingkungan di sekitar wilayah kasepuhan.

Untuk produk-produk hutan yang tidak dapat dibudidayakan, Ki Sarban juga memiliki tugas untuk mengumpulkan produk-produk tersebut. Berdasarkan pengalaman Ki Sarban, produk-produk tersebut selalu tersedia di hutan-hutan di sekitar kampung kasepuhan, yang merupakan dampak dari pelestarian daya dukung hutan dan lingkungan yang ada di wilayah Kasepuhan Ciptagelar.

Sesi terakhir kegiatan FGD dilaksanakan dengan menghadirkan Kang Apri dan Mang Epin sebagai ketua dan sekretaris kelompok Pemuda Tani Kasepuhan Ciptagelar (Pamular), yang merupakan penerima manfaat bersama dengan kelompok perempuan penggerak Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, yang juga dikenal dengan sebutan Baris Kader. Selain itu, sesi ini dihadiri pula oleh Kang Yoyo Yogasmana yang memiliki tugas sebagai penghubung (jambatan) dan penerima tamu yang berkunjung ke Kasepuhan Ciptagelar yang didampingi oleh Teh Umi Kusumawati, penanggung jawab beberapa usaha yang dijalankan di Kasepuhan Ciptagelar.

Pada sesi ini dilaksanakan diskusi tentang aktivitas yang diperlukan dalam pengembangan kapasitas petani muda dan perempuan Ciptagelar. Salah satu hasil dari diskusi ini adalah kebutuhan yang mendesak untuk segera melaksanakan kegiatan studi banding untuk memperoleh wawasan dari pelaku usaha pertanian non-padi dan wanatani yang telah berhasil mengembangkan usahanya dengan baik. Pada rencana awal kegiatan pemberdayaan petani muda dan perempuan Ciptagelar, kegiatan studi banding akan dilaksanakan pada bulan Maret 2020. Pada diskusi tersebut disepakati bahwa kegiatan studi banding akan dilaksanakan pada bulan Februari 2020.

Kesimpulan lainnya dari diskusi ini adalah kelompok tani Pamular dan Baris Kader memiliki kebebasan untuk mengembangkan usaha yang diinginkan, dengan catatan bahwa kelompok-kelompok tersebut harus mengetahui terlebih dahulu kelayakan pengembangan usaha yang dimaksud. Berdasarkan kesimpulan dari rangkaian diskusi perdana kali ini, pengembangan kapasitas kelompok tani Pamular dan Baris Kader yang terkait dengan kemampuan dalam perhitungan kelayakan usaha akan menjadi bagian utama dari kegiatan pemberdayaan petani muda dan perempuan di lingkungan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar.

Oleh Tim VOICE – Common Room (Talitha Y. Anni, Tedy Y. Pusdiono, Rizqi Abdulharis dan Gustaff H. Iskandar)

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Voice 2019-2020 yang dilaksanakan oleh Common Room bekerjasama dengan warga Kasepuhan Ciptagelar, perwakilan perangkat Desa Sirnaresmi, Pusat Studi Desentralisasi dan Pembangunan Partisipatif FISIP UNPAD, dan Pusat Studi Agraria ITB, serta didukung oleh HIVOS Asia Tenggara.

*Keterangan foto:
Foto I: Sesi pertama FGD di dapur Imah Gede Kasepuhan Ciptagelar yang dihadiri perwakilan pimpinan adat Kasepuhan Ciptagelar, Abah Ugi dan Mamah Alit;

Foto II: Sesi terakhir rangkaian kegiatan FGD pertama yang dihadiri Kang Apri, ketua kelompok tani Pamular sebagai salah satu narasumber utama

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *