Articles, Program

Common Room dan STT Garut Persiapkan Sekolah Internet Komunitas

Common Room mengadakan lokakarya di Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STT GARUT) untuk membahas tentang ide pembuatan Sekolah Internet Komunitas (School of Community Networks) pada hari Sabtu (20/03/2021). Kegiatan ini merupakan strategi untuk mendukung dan mengembangkan inisiatif warga dalam membangun infrastruktur internet berbasis komunitas secara mandiri dan berkelanjutan. 

Kerjasama Common Room dan STT Garut ini merupakan bagian dari Digital Access Programme (DAP) yang  didukung oleh Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO Inggris)  bersinergi dengan proyek Supporting Community-led  Approaches to Addressing the Digital Divide in Indonesia yang didukung oleh Association for Progressive Communications (APC). Kegiatan yang juga dikembangkan di beberapa negara seperti Myanmar, India, Kenya, Nigeria, Afrika Selatan dan Brazil ini akan menghasilkan dokumen kebijakan dan kurikulum tentang Sekolah Internet Komunitas dan merancang materi dan program pelatihan.

Rinda Cahyana, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) STT GARUT mengatakan bahwa penyusunan naskah akademik akan terdiri dari dua pembahasan, yaitu bab konseptual dan praktis. Hal yang bersifat konseptual salah satunya meliputi tentang sejarah perkembangan dan gerakan internet komunitas di Indonesia dan ekosistem serta kebijakan penyediaan layanan internet berbasis komunitas untuk wilayah pedesaan dan tempat terpencil. Pembahasan yang praktis meliputi merancang materi dan program pelatihan seperti membuat modul, skema pendampingan, sertifikasi dan lain-lain.  Misalnya, untuk pembangunan Telecenter perlu dipersiapkan pendamping untuk penciptaan konten yang tentunya memiliki keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). “Jika fasilitas TIK yang dibangun tidak berdampak ekonomi, masyarakat biasanya kurang tertarik”, tambah Rinda.

Selain itu, perlu juga pembahasan adanya ancaman manusia, teknologi dan alam dalam pembangunan infrastruktur internet berbasis komunitas.“Jawa Barat adalah lokasi yang rawan bencana, jadi harus dimasukkan resiko kebencanaan pada fasilitas (TIK) yang dibangun. Perlu adanya mitigasi kultural dan struktural”, jelas Rinda. Sehingga dalam penyusunannya perlu dicantumkan tentang pemilihan tempat, infrastruktur bangunan dan juga penanganan resiko bencana.

(Arum Dayu)

 

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *