Penyaji: Iwan Pranoto (Moedomo Learning Initiatives)
Waktu: Rabu, 23 Mei 2012, 16:00-18:00 WIB
Tempat: Common Room, Jl. Kyai Gede Utama no.8, Bandung
Dari sekian Bapak Bangsa Republik ini, mungkin kita harus menyebut bahwa Tan malaka adalah pemimpin yang sangat menjiwai dalam bermatematika. Beliau sangat mengagumi matematika, sampai sikap bermatematika merasuk ke dalam cara berpikirnya.
Matematika bagi Tan bukan sekedar ilmu belaka, tapi merupakan cara berpikirnya dan sikap berpikirnya (attitude of mind). Walau kita tahu bahwa Sam Ratulangi adalah doktor matematika pertama Indonesia, namun Tan Malakalah yang benar-benar berkelakuan dan bertindak sangat matematika.
Rasionalitas bagi Tan sangat mutlak. Beliau berangan-angan Republik ini didasari oleh rasionalitas. Untuknya matematikalah wahana bagi seseorang untuk mengembangkan rasionalitasnya. Justru karena hal ini, pada tahun 1940an, Tan sudah sangat risau dengan praktik pengajaran matematika. Sekolah dasar terlalu fokus pada berhitung semata, tetapi melupakan bernalar.
Sangat menarik, karena kerisauan Beliau tentang praktik pembelajaran matematika yang mengasingkan proses bernalar justru semakin menjadi-jadi pada Abad 21 ini. Dalam diskusi ini, kita akan mengkaji dan mentelaah apa saja gagasan Tan Malaka tentang pembelajaran matematika yang dapat kita terapkan pada masa sekarang.
Acara ini gratis dan terbuka untuk umum.
* Acara ini terlaksana atas kerjasama Moedomo Learning Initiatives dengan Common Room
Saya berpendapat bahwa ide-ide Tan Malaka tentang penyatuan Islam dengan Marxisme-Leninisme adalah yang penting dan yang utama sekarang. Islam sekarang harus diperkuatkan dengan Marxisme-Leninisme (yang betul, yang asli, bukan yang palsu, bukan imperialisme Rusia dan Cina yang berkedok “Marxis-Leninis” semisal Stalinisme, Trotskyisme, Maoisme, PKI Musso-Aidit dan lain-lain) untuk mencocokkan (menyesuaikan) Islam dengan zaman sekarang, dengan ilmu pengetahuan sekarang. Dengan kata lain, Islam harus dicocokkan dengan Marxisme-Leninisme untuk pembersihan Islam dari unsur-unsur mistik, sedangkan Marxisme-Leninisme harus dicocokkan dengan Islam untuk pembersihan Marxisme-Leninisme dari unsur-unsur “Euro-centrism” (pemusatan pada Eropa). Marxisme-Leninisme harus dijadikan sebagai alat untuk mendirikan Negara Islam Khilafah.
Lihat juga: Marxisme dan Hijrah https://gachikus.blogspot.com/2020/05/marxisme-dan-hijrah.html
Marxisme dan Hijrah (Lanjutan)
https://gachikus.blogspot.com/2020/11/marxisme-dan-hijrah-lanjutan.html