Foto Oleh Addy Gembel
Sekitar pukul delapan para peserta Expert Meeting sudah hadir di ruang Auditorium CCF Bandung dan mempersiapkan presentasi yang akan dilaksanakan pada Selasa (20/7) malam. Ruang Auditorium CCF pun sudah mulai didatangi oleh para partisipan. Obrolan santai mengalir sembari menikmati suguhan kantin CCF sampai sekitar pukul delapan, Gustaff membuka presentasi dan memperkenalkan ketiga peserta yang akan mempresentasikan proyeknya yaitu Arthit Suriyawongkul, Catherine Candano, dan Victoria Sinclair.
Arthit mempresentasikan kegiatannya yaitu Mekong ICT. Sebuah program kolaborasi melalui informasi, komunikasi, dan teknologi antara wilayah Sungai Mekong yang meliputi Burma, Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam. Individu yang menjadi sasaran dari kegiatan ini adalah para hackers (memiliki semangat berteknologi dan kreatif), jurnalis, dan pekerja sosial. Dengan berkolaborasi dan saling berbagi diharapkan dapat memunculkan banyak solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan berjaringan di Mekong ICT, maka warga wilayah Sungai Mekong dapat mencari tahu segala sesuatu melalui Mekong ICT. Hal ini digambarkan dengan suatu tokoh yang berkata: “I know why but I don’t know what and how. But I know who knows it, I’ll ask him/her.” Kemudian apapun yang ia cari dapat mudah didapatkannya.
Presentasi kedua yang diberikan oleh Cathy menerangkan tentang bagaimana perubahan iklim mengubah media. Salah satu yang berubah dari materi menurut Cathy adalah dengan menggunakan media sebagai propaganda permasalahan perubahan iklim. Tiga media utama menurutnya adalah televisi, radio, dan koran/majalah. Ketiga media ini harus dimanfaatkan untuk mencerdaskan masyarakat. Karena ternyata menurut Cathy, masyarakat umumnya telah tahu adanya perubahan iklim, namun mereka tidak mengerti bagaimana hal tersebut berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan apa yang sebaiknya dilakukan. Di sinilah peran media menjadi penyambung knowledge gap tersebut kepada masyarakat. Salah satu contoh yang diberikan oleh Cathy adalah South East Asian Youth Environmental Network yang membuat blog, video, dan media lainnya untuk mengkampanyekan kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Presentasi terakhir dengan pembicara Vicky menerangkan tentang ARCSpace yaitu suatu forum Glocal (global&local) hub tempat berkumpulnya orang-orang yang Autonomous, Reflective, Creative (ARC). Mirip dengan Mekong ICT, program ini dianalogikan oleh Vicky sebagai melting pot for ideas. Di sini partisipan program dapat saling berbagi mengenai masalah yang mereka hadapi di wilayah lokal mereka dengan partisipan dari wilayah lain (global) sehingga terjadi pertukaran pikiran yang dapat menghasilkan solusi-solusi. Salah satu program dari ARCSpace ini adalah International Water Project yang diluncurkan awal 2010 kemarin.
Pada akhir sesi presentasi Vicky membagi partisipan Nu Substance menjadi tiga kelompok dan meminta setiap kelompok melakukan simulasi forum dengan membahas persoalan air di daerah Bandung. Membahas suatu masalah lokal dengan komunitas global ternyata dapat memberikan hasil yang menarik. Misalnya dialog permasalahan kota A dengan warga kota B. Persoalan yang dialami Kota A ternyata bukan lagi merupakan persoalan di wilayah kota B, karena di Kota B sudah dilaksanakan solusi yang tanpa disadari oleh Kota B ternyata menjadi penyelamat mereka dari persoalan Kota A. Atau sebaliknya, kadang dengan membicarakan persoalan pihak lain membuat kita terbangun bahwa kitapun masih terjebak dalam persoalan yang sama secara tidak kita sadari. Namun pada akhirnya dialog yang terbangun selalu dapat menemukan solusi baru dan menarik karena pandangan dari pihak luarseringkali merupakan ide baru yang dapat diwujudkan. Semakin luas jaringan yang terbangun, semakin terbuka peluang kemajuan yang dapat dilaksanakan. Inilah yang diharapkan dari Festival Nu Substance 2010.