Venomous by Burgerkill: A Short Story of The Heaviest Band in Indonesia
Oleh Kimun666
Burgerkill didirikan pada sekitar bulan Mei 1995. Berawal dari side project Eben, Kimung, Ivan dan Dadang yang memainkan oldschool hardcore, jenis musik yang masih jarang dimainkan di ranah musik independen Bandung pada saat itu. Di masa awal berdirinya, Burgerkill lebih banyak manggung di Jakarta sampai akhirnya mereka mulai sering manggung di kota Bandung. Masa ini diwarnai dengan masuknya Toto yang menggantikan Dadang. Dengan personil ini Burgerkill kemudian mulai menggarap lagu sendiri.
Tiga lagu pertama mereka, “Revolt!”, “Myself” dan “Offered Sux” lalu disertakan dalam berbagai album kompilasi seperti Masaindahbangetsekalipisan (40125 Records,1997) dan Breathless (Harder Records, 1997). Burgerkill juga merilis singel “Blank Proudness” yang disertakan dalam album kompilasi Ujungberung Rebels bertitel “Independent Rebel” (Independen Records, 1998). Pada awal 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independen Malaysia, Anak Liar Records yang berujung dengan dirilisnya album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan jejaring underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang.
Tahun 2000, Burgerkill merilis album perdana mereka dengan title Dua Sisi (Riotic Records, 2000). Sekitar 5000 kaset ludes dilahap dalam waktu singkat oleh penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, Burgerkill merilis singel “Everlasting Hope Never Ending Pain” lewat kompilasi Ticket To Ride, sebuah album fund rising untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung. Single ini menjadi jembatan ke era baru Burgerkill, di mana terjadi peralihan nuansa dari oldschool hardcore (seperti Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Instead, dsb.) menjadi modern metal dan newschool hardcore dengan beat yang lebih cepat dan agresif. Kali ini Burgerkill banyak mengeksplorasi riff powerchord yang enerjik dan kemudian menjadi karakter kental pada musik Burgerkill di periode berikutnya.
Selanjutnya beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik versi majalah News Musik di tahun 2000. Pada awal tahun 2001 mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika. Kemudian sejak Oktober 2002, sebuah produk clothing asal Australia mulai mendukung setiap penampilan mereka. Pada pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band hardcore pertama di Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak enam album dengan salah satu label besar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia.
Di awal tahun 2004, Burgerkill merilis album kedua mereka dengan title Berkarat (Sony Music, 2004). Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progresif dan penuh dengan teknik yang terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard hardcore yang tercermin dari singel-singel awal mereka. Pada sektor vokal yang tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vokal Ivan sang vokalis bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa Indonesia dan artikulasi kata yang lebih jelas. Pada bagian komposisi musik, Toto, Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi wilayah yang sebelumnya tidak pernah dijajaki oleh kelompok musik keras manapun di Indonesia. Album ini kemudian berhasil menyabet penghargaan “Best Metal Production” dalam ajang Anugerah Musik Indonesia 2004.
Pertengahan 2005, di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album ketiga, terjadi pergantian personil ketika Toto mengundurkan diri sehingga Andris pindah ke posisi drum sekaligus bass. Dengan formasi ini Burgerkill memulai penggarapan materi album ketiga. Masalah kembali datang ketika Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan Sony Music pada November 2005, karena tidak adanya kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ini. Di tengah gegap gempita rekaman album ke tiga, Burgerkill kembali dirundung kesedihan dengan meninggalnya sang vokalis, Ivan Scumbag pada tanggal 27 Juli 2006. Namun begitu perjuangan Burgerkill menuntaskan rekaman terus berlanjut.
Akhirnya, album ke tiga Burgerkill Beyond Coma And Despair dirilis melalui label sendiri Revolt! Records pada pertengahan Agustus 2006. Album ini memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill, karena tata suara, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi album yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya. Beyond Coma and Despair juga menjadi album yang sangat penting karena merupakan persembahan terakhir dan terbaik dari vokalis kharismatis Ivan Scumbag bagi ranah musik metal secara global. Album ini mendapat penghargaan sebagai salah satu album terbaik versi majalah Rolling Stone pada tahun 2007, dan kemudian dinobatkan sebagai salah satu dari 150 Album Terbaik Sepanjang Masa versi majalah Rolling Stone Indonesia. Di masa yang sama, Burgerkill juga bekerja sama dengan Kimung dan Minor Books untuk merilis buku biografi Ivan Scumbag, Myself Beyond Life and Death. Buku ini membuka ranah kreativitas Burgerkill, tak hanya di sisi musik tapi juga di ranah literasi.
Beyond Coma and Despair merupakan gerbang masuknya Burgerkill ke ranah musik metal global. Setelah akhirnya mendapat vokalis baru melalui proses audisi yang panjang dan melelahkan, Vicki bergabung menjadi vokalis Burgerkill dan merilis Beyond Coma and Despair di Australia melalui label Xenophobic Records pada tahun 2008. Pada awal tahun 2009, Burgerkill kemudian menjalankan rangkaian tur Australia Barat dengan title Invasion of Noise I. Dalam tur ini mereka manggung di berbagai titik penting pada ranah musik metal Australia, yang kemudian ditutup dengan pertunjukan mereka di festival musik metal bergengsi, Soundwave 2009. Sepulang dari tur Australia, mereka segera menggelar tur Asia dengan menggelar berbagai konser di Indonesia, Malaysia dan Singapura pada sepanjang pertengahan 2009. Tur ini kemudian berlanjut dengan diundangnya Burgerkill untuk tampil di festival paling bergengsi di Australia, yaitu Big Day Out 2009. Burgerkill kembali mengulang kesuksesan tur ketika mendapat sambutan positif dari khalayak Australia melalui panggung ini.
Pada sepanjang 2010, Burgerkill melakukan penggarapan album terbaru, Venomous. Ini adalah album pertaruhan buat Burgerkill mengingat Beyond Coma and Despair telah melangkah sedemikian jauh merambah eksplorasi kreativitas di ranah musik metal Indonesia. Album ini juga merupakan album pertama Burgerkill dengan vokalis baru yang akan mewarnai perjalanan sejarah mereka. Bersama dengan album ini, Burgerkill juga mempersiapkan perilisan film dokumenter yang merekam perjalanan Burgerkill dengan judul, “We Will Bleed, A Journey of A Heaviest Band on Earth”. Dapat dikatakan bahwa album Venomous menandai resureksi Burgerkill sebagai band metal terbaik yang menjadi avant garde perkembangan musik metal Indonesia saat ini. Venomous merupakan album Burgerkill yang paling brutal sekaligus teknikal, baik dari sisi komposisi musik, lirik serta tata suaranya. Album ini juga merupakan saksi bagi berbagai situasi krisis, turbulensi dan kekacauan sosial akut yang sampai saat ini tengah melanda Indonesia.
Hajar terus jalanan!
Info lebih lanjut tentang Burgerkill silahkan kunjungi laman http://burgerkillofficial.com/