Rural ICT Camp 2025 Gelar Kompetisi Perakitan Jaringan dan Sensor Iklim untuk Penguatan Literasi Teknologi Komunitas

Newsroom

Rural ICT Camp 2025 Gelar Kompetisi Perakitan Jaringan dan Sensor Iklim untuk Penguatan Literasi Teknologi Komunitas

Suasana antusias menyelimuti Ruang Edelweis , Wisma Hijau, Depok, saat sesi Kompetisi Berkelompok: Perakitan Jaringan Internet dan Sensor Monitoring untuk Koleksi Data Ketahanan Iklim yang digelar sebagai bagian dari Rural ICT Camp 2025 pada Rabu (24/9/2025). Kompetisi ini dipandu oleh AirPutih dan Tim Insan Infonesia.

Sebelumnya, Project Officer Common Room, Andriani Kesa Alivia menjelaskan bahwa kompetisi ini dirancang untuk menggabungkan dua keahlian utama yaitu perakitan jaringan internet dasar dan pembuatan sensor Internet of Things (IoT) sederhana untuk pemantauan data iklim.


“Kompetisi kali ini, kita mau sinergikan teman-teman yang sudah punya dasar jaringan internet dengan teman-teman yang sudah terbiasa megang sensor di Pulo Aceh dan Maros,” ujar Kesa.

“Ini bagian dari kolaborasi lintas komunitas agar semua bisa belajar dan saling berbagi pengalaman,” tambahnya.

Kesa menambahkan melalui pendekatan kompetisi yang edukatif, peserta diharapkan dapat memahami cara menghubungkan sensor dengan jaringan internet dan menampilkan hasilnya di dashboard data iklim real-time.

Selanjutnya peserta dibagi menjadi dua kategori kompetisi yaitu Kelompok Jaringan Internet dan Kelompok IoT (Sensor), masing-masing beranggotakan empat hingga lima orang. Setiap kelompok bekerja secara *serial, di mana tim jaringan internet menyiapkan koneksi terlebih dahulu agar tim IoT dapat melanjutkan tahap perakitan sensor.

Durasi pengerjaan diatur ketat — tim jaringan diberi waktu 25 menit untuk menyelesaikan konfigurasi dasar, sementara tim IoT memiliki waktu total 70 menit untuk perakitan sensor dan pengiriman data ke dashboard.

Sesi dimulai dengan pemaparan singkat dari Project Manager AirPutih Sistiandy Syahbana tentang konsep jaringan dasar. Ia menjelaskan bagaimana beberapa perangkat dapat saling berkomunikasi dan berbagi akses internet untuk mendukung sistem sensor monitoring.


“Jadi tim jaringan dasar nanti akan nyambung ke tim IoT. Semakin cepat jaringan berfungsi, semakin cepat pula tim IoT bisa menguji sensornya,” jelas Sistiandy.

Ia kemudian memandu peserta memasang kabel jaringan, mengonfigurasi mikrotik, dan membuat SSID (nama jaringan WiFi) yang akan digunakan oleh tim sensor.

Dari sisi sensor, IoT Engineer Insan Infonesia Muhamad Rizki Fadillah dan Andri Rizki Aprijal memberikan instruksi teknis tentang perakitan perangkat sensor, termasuk penggunaan board sensor, kabel jumper, dan serial LED display untuk memantau hasil bacaan sensor.

 
“Setiap kelompok harus memastikan datanya terkirim ke dashboard. Kerapihan kabel, kesesuaian nama perangkat, dan kejelasan konfigurasi juga menjadi bagian dari penilaian,” terang Muhamad Rizki Fadillah.

Tepat pukul 14.00, kompetisi dimulai. Tim jaringan internet bekerja di bawah pengawasan moderator dan fasilitator, memastikan koneksi stabil sebelum sensor diaktifkan. Begitu jaringan tersambung, tim IoT segera melakukan instalasi sensor dengan panduan aplikasi yang disediakan oleh tim Insan Infonesia.


Proses berlangsung dinamis, beberapa peserta berhasil menyelesaikan instalasi lebih cepat, sementara lainnya harus memecahkan kendala teknis secara kolaboratif. Meski diwarnai tawa dan teriakan semangat, suasana tetap kompetitif hingga batas waktu berakhir pada pukul 16.45.


Penilaian para pemenang berdasarkan empat kriteria yaitu keberhasilan teknis, kekompakan tim, kerapian instalasi, dan kesesuaian urutan kerja.  Dalam sesi evaluasi, Heru Tjatur dari ICT Watch menyoroti pentingnya membaca instruksi secara teliti, menyusun perencanaan sebelum eksekusi, serta melakukan pengecekan bertahap terhadap perangkat.

“Kalau kita paham topologi jaringan dari awal, pengerjaan bisa jauh lebih cepat. Begitu juga di tim IoT sebelum coding panjang, pastikan sensor dan board berfungsi dulu,” ujarnya.


Menutup sesi, Andriani Kesa kembali mengingatkan esensi dari kegiatan ini bukan sekadar perlombaan, tetapi proses belajar bersama yang menumbuhkan kerja sama, ketelitian, dan inovasi.

“Tujuan kita hari ini tercapai, teman-teman yang terbiasa dengan jaringan belajar dari yang paham IoT, dan sebaliknya. Terima kasih atas semangat dan kolaborasinya,” tutupnya.***

Share Article

Berita Terbaru

Newsroom

Berita dan pembaharuan terbaru
langsung dari Common Room.

Rural ICT Camp 2025 Gelar Kompetisi Perakitan Jaringan dan Sensor Iklim untuk Penguatan Literasi Teknologi Komunitas
This website uses cookies to improve your experience. By using this website you agree to our Privacy Policy.
Read more