Media Lab Kasepuhan Ciptagelar akan diresmikan pada Rural ICT Camp yang rencananya diselenggarakan pada tanggal 12 hingga 14 Oktober 2020 mendatang. Rural ICT Camp 2020 merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran tentang isu kesenjangan digital yang terjadi di Indonesia, khususnya di pedesaan dan wilayah terpencil. Kegiatan akan terdiri dari serangkaian diskusi, lokakarya, serta pameran yang terkait dengan upaya pengembangan infrastruktur internet berbasis komunitas lokal. Secara perdana juga bangunan tersebut akan difungsikan sebagai pusat kegiatan dan tempat pelatihan acara Rural ICT Camp 2020.
Gagasan tentang Media Lab sudah dibicarakan saat Talant Sultanov, Koordinator Association for Progressive Communications (APC) wilayah Asia melakukan kunjungan ke Kasepuhan Ciptagelar pada akhir Desember 2019. APC merupakan organisasi yang telah mendukung pengembangan jaringan internet di Kasepuhan Ciptagelar. Abah Ugi, Ketua Adat Kasepuhan Ciptagelar didampingi oleh Gustaff H. Iskandar, Direktur Common Room menyambut baik kunjungan APC. Pada pertemuan tersebut mereka mengevaluasi tentang proyek pembangunan infrastruktur internet yang sudah berjalan.
Menurut Gustaff H. Iskandar, membangun infrastruktur fisik itu mudah, namun merawat dan mengembangkan fasilitas tersebut membutuhkan proses panjang. “Penyediaan internet bukan hanya untuk warga Ciptagelar, cakupannya harus diperluas. Misalnya dengan melibatkan masyarakat Jabar Selatan” tambahnya. Pernyataan tersebut disepakati kemudian dilanjutkan dengan gagasan menyiapkan sumber daya manusia untuk mengelola infrastruktur internet melalui kegiatan rutin. Pemikiran inilah yang menegaskan kebutuhan berupa prasarana dan sarana yang dapat memfasilitasi kegiatan tersebut berupa bangunan yang diberi nama Media Lab Kasepuhan Ciptagelar.
Proses pembangunan Media Lab
Pembangunan Media Lab yang didesain oleh Abah Ugi dan Yoyo Yogasmana ini dimulai pada bulan Maret 2020. Bangunan ini dibangun dengan mengikuti tatanan adat dan juga kebutuhan teknis. Hasilnya berupa bangunan semi permanen berbahan semen dan batu bata yang dipadukan dengan bangunan dari kayu dan bambu serta atap dari ijuk.
Proses pembangunan Media Lab selalu dimulai dan diakhiri dengan upacara pemberkatan dipimpin oleh Aki Karma yang dihadiri oleh beberapa perangkat adat Kasepuhan Ciptagelar, perwakilan Common Room dan tim Awinet. Bangunan tiga tingkat ini terdiri dari studio rekam audio dan kantor pada lantai pertama, ruang pelatihan yang mampu menampung sekitar 30 orang pada lantai kedua, serta ruang istirahat untuk tamu atau peserta pelatihan pada lantai ketiga.
Pemanfaatan Media Lab
Kegiatan pelatihan untuk mempersiapkan teknisi dan pengelola bisnis internet berupa agen voucher sudah dilakukan saat pembangunan infrastruktur internet di Kasepuhan Ciptagelar tahun lalu. Namun daya jangkaunya tim teknis yang ada masih terbatas, sedangkan warga yang membutuhkan internet bertambah banyak. Idealnya, setiap titik yang sudah terbangun infrastruktur internet harus memiliki tim teknis dan pengelola bisnisnya. Kemampuan teknis untuk mengembangkan dan mengelola infrastruktur internet berbasis komunitas merupakan kebutuhan dasar yang akan menjadi prioritas kegiatan di Media Lab Kasepuhan Ciptagelar. Pembelajaran teknis akan melibatkan pengajar dari Awinet dan relawan TIK Jabar (Teknologi Informasi dan Komunikasi Jawa Barat )
Selain pelatihan teknis, Media Lab diharapkan juga menjadi ruang untuk pemanfaatan internet, pemberdayaan warga dan literasi media. Kehadiran Media Lab diharapkan juga dapat mengembangkan TV komunitas bernama CIGA TV. Misalnya, perluasan cakupan tayangan bukan hanya wilayah Kasepuhan Ciptagelar tapi dapat diakses publik yang lebih luas. Fasilitas studio rekam audio yang ada juga dapat dimanfaatkan untuk mengaktifkan kembali radio Swara Ciptagelar yang sudah lama tidak mengudara.
Media Lab juga dapat menjadi ruang residensi seniman untuk produksi dan distribusi karya artistik dan ekspresi budaya melalui platform digital. Gustaff H. Iskandar menjelaskan bahwa Media lab tidak hanya sebagai pusat pelatihan teknis, melainkan juga memproduksi konten lokal, karya artistik ataupun kajian akademik. “Tema karya yang dibuat sejalan dengan budaya Ciptagelar atau yang berkaitan dengan isu perlindungan wilayah hutan tropis, pengakuan wilayah adat, mitigasi bencana dan perubahan iklim, dan masih banyak lagi” tambahnya.
(Arum Dayu)