Pada gelaran pertama lokakarya Community-centered Connectivity Initiatives (CCCI) yang digelar Common Room di Jakarta, Gender Regional Coordinator for Asia Local Networks Initiative, Catherine Tiongson menyampaikan mengenai konsep dasar, tipologi dan prinsip dari CCCI. Di hadapan para peserta yang terdiri dari 11 perwakilan dari 11 jaringan Sekolah Internet Komunitas (SIK) di 10 provinsi di Indonesia ini, Catherine mengatakan jika inisiatif ini adalah upaya yang digerakkan oleh misi sosial untuk menyediakan akses internet dan konektivitas bagi komunitas yang termarinalkan.
“Inisiatif ini diharap mampu mengatasi kesenjangan digital yang menawarkan konten dan layanan relevan secara lokal dan terjangkau sebagai alternatif bagi masyarakat yang mengalami ketertinggalan,” papar Catherine.

Berdasarkan jenisnya Inisiatif Konektivitas Berbasis Komunitas terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu Penyediaan Mandiri (Self-Provision), Jaringan Pemerintah Daerah (Municipal Networks), Lembaga Nirlaba Kewirausahaan (Entrepreneurial Non-Profit), Koperasi Sosial (Social Cooperative) dan Bisnis Sosial (Social Business).
Catherine menambahkan, “Bentuk umum yang sering ditemui saat komunitas membangun konektivitas antara lain adalah warga membangun jaringan sendiri dengan peralatan dan dana kolektif, pemerintah setempat mengelola jaringan internet untuk warganya, organisasi nirlaba yang mengelola layanan internet sambil mencari inovasi berkelanjutan, model berbasis anggota, di mana keuntungan digunakan kembali untuk kepentingan komunitas, terakhir adalah usaha berbasis pasar, tetapi tetap mengutamakan misi sosial”.

Selanjutnya Chaterine membagi dua prinsip inisiatif konektivitas ini menjadi dua yaitu Prinsip Esensial dan Prinsip Aspiratif. “Secara esensi inisiatif konektivitas ini mesti menjawab kebutuhan komunitas, partisipatif, memberikan dukungan dan meningkatkan kesejahteraan. Sementara di sisi aspiratif, inisiatif konektifitas memperjuangkan hak asasi manusia, kesetaraan gender, pelestarian budaya lokal, kepedulian lingkungan, keamanan, keberlanjutan, peningkatan kapasitas, kepemilikan komunitas, serta keterhubungan dengan jaringan lain.,” tutur Catherine.

Pada sesi diskusi salah seorang peserta SIK Ciptagelar, Revasya berbagi kisah mengenai inisiatif konektivitas di Kasepuhan Gelaralam, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. “Karena ketua adat memiliki ketertarikan terhadap perkembangan teknologi dan internet, hal ini berdampak positif pada dukungan di tataran pemerintahan. Namun, yang menjadi kendala pada prakteknya adalah partisipasi perempuan yang masih terbatas”, tuturnya.***