Pengantar Diskusi
Bandung baru dinyatakan sebagai kota terbuka pada tahun 1906. Dari yang semula hanya sebuah kota kecil di pegunungan yang terletak di pedalaman wilayah Priangan, kini Bandung berkembang menjadi kota besar yang ikut terkoneksi dengan kerut merut peradaban dunia. Berdasar data BPS tahun 2011, jumlah penduduk kota Bandung ada sekitar 2.424.957 jiwa. Dalam perkembangannya yang sekarang, barangkali kota Bandung adalah salah satu kota yang paling pesat pertumbuhannya di Indonesia.
Sebagian besar warga dunia saat ini adalah warga kota. Oleh karenanya, kontestasi dan persaingan global hari ini barangkali adalah apa yang kita saksikan setiap hari di ruang-ruang kota. Pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang semakin membumbung memaksa kota menjadi medan peperangan kepentingan yang tak berkesudahan. Persoalan yang dihadapi kota Bandung hari ini barangkali juga adalah apa yang dialami oleh berbagai kota besar di Indonesia atau bahkan di seluruh penjuru dunia. Ruang sosial dan daya dukung ekologi kota yang demikian terbatas semakin hari semakin tenggelam ditelan oleh pertambahan jumlah penduduk serta lahapnya mesin ekonomi yang sepertinya tak pernah merasa kenyang.
Masa depan kehidupan kota yang lestari membutuhkan kebersamaan warga. Selain itu juga dibutuhkan nalar dan pengetahuan agar warga dapat mengurai sekaligus memecahkan persoalan kehidupan kota secara bersama-sama. Kehidupan kota membutuhkan kebersamaan agar narasi dan identitas kehidupan kota tidak tercerabut dari akarnya. Tanpa keterlibatan warga, kehidupan berkota akan kehilangan élan vital-nya. Diskusi ini akan membicarakan kehidupan berkota dari pengalaman keseharian di kota Bandung, termasuk beberapa aspek yang terkait dengan lapisan sejarah dan narasi yang terekam di dalam dunia ingatan. Selain itu diskusi ini juga akan mengajak warga untuk ikut mengembangkan ruang bersama (common space) untuk menghadapi kompleksitas kehidupan kota.