Foto Oleh Addy Gembel
Salah satu kegiatan penting dalam Expert Meeting kali ini yaitu site visit (studi observasi) untuk meninjau secara langsung kondisi ekologis di Kota Bandung pada Kamis (22/7). Program site visit kali ini ditujukan untuk melihat kondisi penambangan kapur di daerah Citatah, Padalarang sekaligus meninjau situs purbakala Gua Pawon yang dipandu oleh Budi Brahmantyo dari Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB). Selain meninjau daerah Bandung Barat, kegiatan site visit juga mengeksplorasi wilayah Bandung Utara untuk melihat dari dekat fenomena eksploitasi lingkungan dalam bentuk pembangunan perumahan dan villa yang merusak kualitas lingkungan sekitar daerah tersebut.
Site visit kali ini juga merupakan bagian dari program kajian environmental sustainability (lingkungan berkelanjutan) dalam kegiatan Nu-Substance Festival 2010: Floating Horizon. Setahun sebelumnya Nu-Substance Festival meninjau kondisi ruang perkampungan padat yang terletak di jantung kawasan urban kota Bandung, yaitu lingkungan Kampung Babakan Asih. Gambaran yang mengkhawatirkan ketika secara langsung mengunjungi wilayah Citatah yang terletak di daerah Padalarang adalah kegiatan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam yang sekaligus mengancam warisan situs purbakala yang letaknya berdampingan dengan wilayah penambangan batu kapur.
Foto Oleh Addy Gembel
Dalam kunjungan kali ini bukan hanya eksploitasi terhadap sumber daya alam saja yang terungkap, tetapi juga kondisi para pekerja yang dibayar dengan harga yang sangat murah di tengah lingkungan kerja yang sangat buruk. Para peserta Expert Meeting sempat bertemu dan mewawancarai dua pekerja kasar yang usianya di atas 60 tahun. Keduanya hanya dibayar Rp. 10.000,- sehari untuk 100 karung kapur yang berhasil mereka kumpulkan setiap hari. Kebanyakan para pekerja yang ada juga diharuskan bekerja layaknya orang kantoran dari pagi hingga petang.
Eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berlebihan tampaknya merupakan cerminan dari lemahnya kebijakan yang dapat mewujudkan pola relasi yang ideal antara pemerintah, pengusaha, pekerja, dan sumber daya alam yang kita miliki. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai persoalan lingkungan semisal polusi udara, krisis air bersih, hingga ancaman penyakit pernafasan di kalangan masyarakat. Belum munculnya kesadaran yang baik pada sebagian besar masyarakat kita merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi upaya untuk mewujudkan gagasan mengenai lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia.
Foto Oleh Addy Gembel
Setelah melihat kondisi penambangan kapur, para peserta kemudian diajak untuk mengunjungi situs Purbakala di Gua Pawon yang letaknya tak jauh dari lokasi penambangan kapur. Sungguh ironis bagaimana situs purbakala yang semestinya dilestarikan saat ini kondisinya tengah terancam akibat adanya eksploitasi penambangan kapur yang dilakukan secara membabi buta.
Menginjak sore hari peserta diajak untuk meninjau kondisi lingkungan di wilayah Bandung Utara. Selama ini wilayah tersebut dikenal sebagai wilayah respirasi (resapan) air di Kota Bandung. Namun sedikit demi sedikit wilayah ini terancam dengan kehadiran rumah-rumah dan villa-villa yang menggerus kondisi lingkungan di wilayah tersebut. Hal ini dapat dikatakan telah menjadi salah satu penyebab krisis air bersih di kota Bandung. Kota Bandung dikenal sebagai wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga seringkali mengakibatkan surplus air atau banjir di beberapa wilayah. Paradoksnya, saat ini beberapa wilayah di kota Bandung juga tengah mengalami krisis air bersih atau defisit air.
Selanjutnya peserta juga diajak menuju kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Saat ini kawasan Gunung Tangkuban Parahu tengah menghadapi upaya komersialisasi dan privatisasi. Hal ini menjadi persoalan tersendiri dan mengancam aspek pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan ketika kawasan yang semula dikenal sebagai hutan lindung berubah fungsi menjadi kawasan komersial yang hanya menguntungkan kelompok tertentu saja.