Images

icapture1.0: Sinematic Photography Exhibition by Ageng Purna Galih | Common Room, 4 – 19 Juni 2011

Supaya seru, mari kita coba menebak-nebak tentang konsep pameran ini.

Ageng Purna Galih, diam-diam, adalah seorang seniman fotografi yang hasrat terpendamnya adalah menjadi penata gambar film (sinematografer). Ia memiliki keterbatasan dalam bertutur panjang, sehingga memilih untuk membuat adegan-adegan pendek dengan cerita-cerita kecil. Atau bisa jadi, ia sebenarnya penutur yang handal, hanya saja tidak memiliki peralatan membuat film yang memadai, sehingga dipakailah foto-foto ini untuk mewakilkan mimpinya membuat film.

Ageng Purna Galih, siapa sangka, adalah pembuat film produktif yang telah rampung membuat sekian banyak film pendek (atau jangan-jangan film panjang?). Namun karena tidak puas dengan hasil yang ia capai, ia enggan memutar film-filmnya di depan umum. Pada kesempatan ini, ia memutuskan untuk memamerkan hanya potongan-potongan adegan dari masing-masing film tersebut.

Ageng Purna Galih, hanya Tuhan yang tahu, bekerja di sebuah perusahaan penggandaan DVD bajakan di daerah Harco/Mangga Dua, Jakarta. Untuk mengusir kebosanan, ia sesekali meng-capture potongan-potongan adegan yang menarik hatinya. Sesekali, kalau isengnya sedang berlipat ganda, ia mengganti-ganti subtitle film tersebut dengan bahasa-bahasa asing yang ia sendiri tidak mengerti. Tidak jarang Ageng mencari film-film bajakan KW2, dengan sulih bahasa yang sulit dimengerti oleh ahli bahasa mana pun. Ada film Indonesia ber-subtitle Perancis, film Thailand ber-subtitle Bahasa Indonesia.

Ageng Purna Galih, jangan-jangan, adalah seorang fotografer profesional yang kerjanya adalah memotret model untuk keperluan lembar fashion majalah. Ia tentu punya banyak stok foto yang ia ambil di antara pekerjaan photo shoot-nya. Ageng ingin sekali pameran, namun merasa tidak etis untuk menampilkan fotonya secara polos layaknya di lembar-lembar majalah. Ia lalu menambahkan kotak hitam di atas bawah foto, sekaligus teks di bawah, membuat seolah-olah foto tersebut adalah potongan adegan film.

Ageng Purna Galih, bisa jadi, sama sekali bukan yang kita sangka, atau gabungan semua yang kita sangka-sangka. Di saat kita mampu menuntaskan sebuah DVD bajakan sebuah film Rusia dengan subtitle bahasa Indonesia kacau-balau seperti “Jangan, kamu is gak sayap!“, rasanya pembacaan atas karya-karya Age bisa seluas dan se-ngasal lapak DVD yang berjejer-jejer di depan BIP. Tetap perlu dijual, tetap perlu dijajal.

[Ariani Darmawan]

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *