Kamis, (23/07/20), Centre for Innovation Policy and Governance mengadakan “Live Talks – Hidup Online di Era Baru: Siapa Untung, Siapa Buntung?” bersama Yanuar Nugroho (Advisor CIPG), Shita Laksmi (Direktur Eksekutif Tifa Foundation), dan Gustaff H. Iskandar (Direktur Common Room Network Foundation) secara daring melalui aplikasi zoom.
Tema yang dibahas menarik karena sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Hidup beralih ke era baru, hampir semua kegiatan offline bertransformasi ke online. Dinita Andriani Putri selaku moderator dan Advisor CIPG mengatakan bahwa saat ini peningkatan akses internet secara global mencapai 443% di Indonesia. Banyak pihak yang diuntungkan, namun banyak pula pihak yang dirugikan. CIPG mengupas persoalan ini dari berbagai sudut pandang bersama para pakar.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri, bisa menjadi untung atau juga menjadi buntung. Keuntungan dapat dirasakan langsung di beberapa bidang, seperti pelayanan kesehatan, kebutuhan pokok, jasa, atau bidang yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, banyak pula yang merasakan buntung atau kebingungan dari transisi yang terjadi. Masyarakat dituntut harus bisa beradaptasi dengan cepat untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Solusi yang bisa diaplikasikan adalah transformasi digital harus dilakukan secara berkesinambungan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri. Dari keterbatasan tersebut lahir sebuah inovasi.
Kampung Siaga Covid-19
Berbicara tentang inovasi, Gustaff H. Iskandar berbagi pengalaman untuk aksi cepat tanggapnya merespon pandemik kepada warga Kasepuhan Ciptagelar. Common Room berkoordinasi dengan Abah Ugi selaku Ketua Adat di Kasepuhan Ciptagelar untuk segera mengambil tindakan yakni membuat progam Kampung Siaga Covid-19.
Progam ini merupakan inisiasi untuk memberi tahu warga Kasepuhan Ciptagelar tentang betapa seriusnya wabah ini hingga harus dilakukan tindakan pencegahan. Salah satunya adalah membuat buku saku berjudul “Nyinglar Virus Korona” yang terdiri dari beberapa sub penjelasan, mulai dari penjelasan tentang virus Covid-19, penyebab hingga cara pencegahan penyebaran viurs. Arti dari “Nyinglar Virus Korona” sendiri adalah menjauhkan diri dari virus Corona atau Covid-19. Buku ini dikemas dalam cerita bergambar dari seniman Tizar Ahmad Firmansyah serta dilengkapi dengan teks berbahasa sunda yang disebar ke beberapa wilayah Kasepuhan Ciptagelar.
Selain pengadaan buku saku, dikirimkan juga berbagai bantuan berupa masker, face shield, termo gun, perangkat komunikasi (handie talkie), dan media edukasi publik untuk relawan siaga Covid-19 di sepuluh dusun sekitar Kasepuhan Ciptagelar. Pada waktu yang bersamaan juga sedang dilakukan pembangunan jaringan internet di Kampung Cilimus dan Kampung Cidalung/ Batu Lawang. Program ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan warga Kasepuhan Ciptagelar, sejumlah relawan, serta dukungan dari DFID (Department for International Development). Pemberian informasi tentang Covid-19 atau pandemik ini pun harus diterapkan secara perlahan kepada warga Kasepuhan. Pemberian informasi yang masif tentu tidak baik dan dapat menyebabkan misinformasi.
Aplikasi transformasi digital dan pengarahan tentang Covid-19 tentu perlu didasari oleh pemahaman tentang infrastruktur internet, tata kelola data, sistem privacy, transparansi keamanan saat mengakses internet, hingga pemahaman teknologi berdasarkan hak asasi manusia. Hal-hal inilah yang dapat membantu kita untuk dapat adaptasi dengan Hidup Online di Era Baru ini.
(Talitha Yurdhika )