Jelang pelaksanaan Impact Assessment Digital Access Programme (DAP) pada Jumat (8/8) mendatang, Common Room menggelar Lokakarya Community-centered Connectivity Initiatives (CCCI) tentang Kebijakan, Layanan Lokal Berperspektif Gender, dan Kewirausahaan Sosial pada Selasa (5/8) hingga Kamis (7/8) mendatang. Selama tiga hari ini sebanyak 11 perwakilan dari 11 jaringan Sekolah Internet Komunitas (SIK) di 10 provinsi di Indonesia berkumpul di Jakarta untuk mengikuti serangkaian kegiatan di bawah program Inisiatif Local Network (LocNet).
Dalam sambutan pembukaan, Kepala Program Akses Digital Rita Damayanti mengatakan, “Keberhasilan Sekolah Internet Komunitas ini mesti dijadikan peta jalan untuk mengembangkan proyek serupa yang bisa kita diskusikan hari ini guna membangun komunitas masyarakat pedesaan supaya lebih berdaya guna dengan penggunaan internet”.

Lebih lanjut Rita mengungkapkan jika peserta SIK harus mampu mendorong partisipasi aktif terutama kelompok perempuan untuk terlibat. “Tidak hanya menjadi pengguna aktif layanan internetnya saja, tetapi juga mesti terlibat sebagai pelaksana,” ujar Rita.
Hal senada juga disampaikan oleh Kordinator Peningkatan Kapasitas Regional Asia LocNet, Akhmat Safrudin, “Kegiatan ini bisa terselenggara atas hubungan antara DAP, Common Room dan LocNet dengan fokus pada pengembangan internet bagi masyarakat pedesaan. Dengan berkumpulnya para peserta SIK ini bisa memanfaatkan momen sebaik-baiknya untuk berdiskusi mengenai kebijakan, layanan lokal berperspektif gender, dan kewirausahaan sosial,” tutur Akhmat saat sesi pembukaan.

Kesebelas jaringan Sekolah Internet Komunitas (SIK) yang mengikuti lokakarya ini adalah SIK Taliabu, SIK Pulo Aceh, SIK Tae, SIK Mata Redi Sumba Tengah, BLK Don Bosco / SIK Sumba Barat Daya, SIK Ngata Toro, SIK Ciptagelar, SIK Maros, SIK Lombok, SIK Ciracap dan SIK Desa Tembok Bali.
Salah seorang peserta SIK Maros, Syakirah Syahrir menyambut baik gelaran lokakarya ini, “ Saya harap ilmu yang diberikan semoga bisa bermanfaat dan bisa digunakan di wilayah masing-masing. Walau pun nanti ke depannya pendanaan program telah selesai, namun saya harap kegiatan di wilayah masing-masing terus berjalan. Dengan adanya lokakarya ini semoga semua peserta mendapat oleh-oleh tak hanya pengalaman namun keterbukaan ilmu yang bisa diakses secara mudah dan secara umum oleh masyarakat pedesaan,” ujar Syakirah.

Selama gelaran lokakarya ini kesebelas peserta akan mengikuti ragam diskusi diantaranya mengenai penguatan kapasitas, menciptakan ruang aman dan prinsip feminis di internet, lokakarya layanan lokal berperspektif gender, kewirausahaan sosial, hingga mengembangkan modul Gender dan Inklusi Sosial.***