Rural ICT Camp 2024 menjadi ruang pembelajaran bagi para pegiat internet berbasis komunitas. Perspektif komunitas penting untuk pengembangan program-program transformasi digital yang inklusif, bertanggung jawab, dan berkesinambungan.
Rural ICT Camp 2024 digelar di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 7-11 Oktober 20024. Kegiatan ini diikuti sekitar 50 peserta yang sebagian besar berasal dari Sekolah Internet Komunitas (SIK). SIK yang diinisiasi oleh Common Room kini tersebar di 10 provinsi. Mereka yang hadir di Rural ICT Camp 2024 ini antara lain dari Provinsi Aceh, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara.

Salah satu sesi penting pada forum tahunan ini ialah “DAP Global Learning Event: Berbagi Pengalaman Belajar di Jaringan Komunitas” yang diselenggarakan di hari pertama pelaksanaan Rural ICT Camp 2024, Senin, 7 Oktober 2024. Terdapat lima topik yang dibahas pada sesi ini, yaitu peningkatan kapasitas dan transfer pengetahuan, peran aktif komunitas, kesetaraan gender dan inklusi sosial, pengembangan infrastruktur internet, dan ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim.
Hasil diskusi peserta soal peningkatan kapasitas menggaris bawahi soal pentingnya kearifan lokal dalam merespons setiap perkembangan teknologi. Adopsi teknologi baru sebaiknya didasarkan pada kebutuhan. Tak perlu latah dengan tren teknologi. Misalnya saat ramai-ramai membahas kecerdasan artifisial (AI), perlu diketahui apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat saat ini. Jika belum, maka tak perlu terburu-buru mengadopsinya. Sehingga ada waktu untuk melakukan peningkatan kapasitas secara bertahap.

Komunitas punya peran yang strategis dalam meningkatkan kerja-kerja literasi dan konektivitas digital. SIK menjadi komunitas pendorong awal yang diharapkan bisa berlanjut sampai di masa yang akan datang. Mengingat SIK yang ada saat ini memiliki konteks yang berbeda-beda, ada yang berbasis teritorial juga ada yang berbasis minat, maka masing-masing memiliki strategi yang berbeda-beda. Akan tetapi semua diharapkan mampu menyeimbangkan antara manfaat ekonomi dan sosial yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas.
Soal kesetaraan gender dan inklusi sosial masih menyisakan pekerjaan rumah. Literasi digital perempuan yang masih rendah ditambah dengan keterlibatan yang juga belum optimal. Hal ini karena budaya patriarki yang masih kuat. Perempuan diberi beban kerja perawatan tak berbayar dan urusan domestik yang semestinya juga menjadi tanggung jawab laki-laki. Hal ini membuat ruang gerak perempuan jadi terbatas. Perlu strategi yang tepat untuk meningkatkan keterlibatan perempuan. Misalnya saja pelatihan yang dirancang dengan waktu yang lebih fleksibel.

Dari sisi infrastruktur, penting untuk memastikan infrastruktur yang sudah terbangun terawat dengan baik. Pembangunan infrastruktur ini banyak yang diinisiasi oleh komunitas. Setelah bisa digunakan masyarakat, perlu perawatan agar bisa terus bermanfaat. Sayangnya, pemerintah tidak dapat diandalkan untuk ikut merawat infrastruktur ini. Hal penting lain yang perlu mendapat perhatian ialah mengantisipasi dampak negatif internet. Di Desa Toro, Sulawesi Tengah, hal ini diantisipasi dengan melibatkan lembaga adat. Lembaga adat mengeluarkan aturan yang memberi sanksi pada mereka yang mengakses konten pornografi dan judi online.
Topik penting yang menjadi benang merah Rural ICT Camp 2024 ialah ketahanan warga menghadapi perubahan iklim. Komunitas menjadi aktor penting dalam sistem mitigasi bencana. Jaringan komunikasi komunitas memudahkan masyarakat memantau daerahnya. Ini yang dilakukan oleh SIK di Sulawesi Selatan. Di Maros, teknologi sudah dipakai untuk memantau cuaca dan suhu. Ini sangat membantu petani budidaya air payau dalam menghadapi perubahan musim. Pemanfaatan teknologi sebagai bagian peringatan dini perlu dibarengi dengan pelatihan sumber daya manusia dan kesiapan infrastruktur dasar. Di Taliabu, Maluku Utara masih ada area yang belum dialiri listrik. Internet pun belum bisa diakses merata.
Head of Digital Development Foreign Commonwealth Development Office (FCDO) UK Government, Alessandra Lustrati mengatakan, pendekatan berbasis komunitas sangat penting. Pendekatan ini mendengarkan suara masyarakat lokal.

“Perspektif komunitas selalu ada di setiap negara, bagaimana mengkolaborasikannya menjadi pembelajaran yang baik di tingkat global,” katanya.
Ia menekankan, pendekatan komunitas perlu jadi pembelajaran pada semua program, tidak terkecuali program transformasi digital. Pendekatan komunitas ini untuk menghindari kebijakan yang hanya datang dari atas (top-down). “Kami ingn kerja sama yang setara. Bukan hanya komunitas yang belajar dari kami, kami juga belajar dari komunitas,” ujarnya.

Beberapa inisiatif baik juga modul yang sudah dihasilkan komunitas pegiat internet di Indonesia bisa dibagikan untuk negara-negara lain yang menghadapi masalah serupa, seperti di Afrika. Nils Brock dari Association for Progressive Communication (APC) mengatakan, perspektif kolektif penting untuk meletakkan kebutuhan komunitas sebagai prioritas utama. “Dari sesi ini, penting juga untuk mengintegrasikan semua kepentingan atau multi-stakeholders approach,” katanya.***