Program

Pertunjukan Pantun Buhun Mang Ayi dan Wa Itok (Subang) | Common Room, 19 Maret 2010

Pantun Buhun Ayi Itokt

Tanggal: 19 Maret 2010
Jam: 19.00 – 21.00 WIB
Tempat: Common Room, Jl. Kyai Gede Utama no. 8, Bandung

Deskripsi Singkat
Mang Ayi dan Wa Itok adalah duo seniman tradisional yang mempelajari seni pantun buhun secara alami. Keduanya selama ini dikenal sebagai seniman tradisi yang berasal dari daerah Subang, Jawa Barat. Pada kesempatan ini, Mang Ayi dan Wa Itok akan membawakan cerita dengan judul yang masih mereka rahasiakan. Selain menampilkan seni pantun, selama ini Mang Ayi dan Wa Itok juga kerap aktif menampilkan berbagai bentuk seni tradisi Sunda semisal bajidoran, sisingaan, terbang, gembyung, dsb. Program ini merupakan bagian dari kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok TRAH yang diinisiasi oleh Gigi Priadji, Indra Nugraha dan Iman Zimbot sejak tahun 2007. Selain aktif mengembangkan eksplorasi yang memadukan ranah perkembangan musik elektronik dengan kesenian masyarakat Sunda, kelompok ini juga kerap berkolaborasi dengan seniman dan musisi yang berasal dari latar belakang yang beragam.

Pertunjukan pantun buhun merupakan salah satu bentuk pertunjukan tradisional yang berkembang di daerah Jawa Barat secara turun temurun. Kesenian ini juga tersebar di beberapa daerah di Nusantara dalam wujud dan bentuk yang beragam, serta dikenal secara populer di kalangan masyarakat Melayu. Beberapa komunitas masyarakat tradisional di Indonesia juga mengenal seni pantun walaupun dengan nama dan istilah yang berbeda. Selain dikenal dengan nama pantun, kesenian ini juga kerap disebut dengan nama parikan (Jawa) atau paparikan (Sunda). Dalam hal ini, seni pantun dapat juga disebut sebagai salah satu jenis sastra lisan yang berkembang di kalangan masyarakat tradisi.

Berbeda dengan kesenian pantun yang selama ini biasa kita kenal, kesenian pantun buhun biasanya disampaikan dalam format cerita dongeng (story telling). Dalam hal ini, pertunjukan pantun buhun biasanya juga dibuka dengan rajah (doa) yang menyisipkan kawih atau nyanyian tradisional. Biasanya pertunjukan pantun buhun juga dilengkapi dengan ungkapan atau nyanyian modern yang merefleksikan kondisi kekinian. Selain memiliki fungsi hiburan, pertunjukan pantun buhun juga memiliki fungsi mepeling (mengingatkan) khalayak untuk mencermati berbagai kondisi atau situasi yang tengah terjadi di sekeliling mereka. Bagi sebagian masyarakat tradisi, seni pantun juga kerap dimaafaatkan sebagai sarana untuk menyebarkan pengetahuan ataupun nilai-nilai tertentu kepada masyarakat luas. Kesenian ini juga sering ditampilkan pada beberapa acara khusus seperti selamatan kelahiran anak, ruwatan rumah, muludan, atau acara perayaan tradisional lainnya.

Pertunjukan ini gratis dan terbuka untuk umum, khususnya bagi para seniman, desainer, musisi, sastrawan, peneliti, akademisi, ahli sejarah, pejabat, polisi, ibu rumah tangga, pegawai negeri, pembantu, tukang parkir, mantri, dokter, arsitek, pengusaha, tukang baso, dsb. Meskipun gratis, para pemirsa yang hadir diwajibkan membawa uang secukupnya untuk SAWERAN! Pelaksanaan kegiatan ini juga didukung oleh Common Room Networks Foundation (Common Room) dan Hivos.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi Ibu Nunung di nomor 0222503404 atau Gigi Priadji di nomor 0818637512.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *