Feature

Dune 4.1 | Pameran Karya Seni Interaktif oleh Daan Roosegaarde (NL) | Common Room, 13 – 18 Agustus 2010

commonroom

Dune 4.1 | Pameran Karya Seni Interaktif oleh Daan Roosegaarde (NL)

13 – 18 Agustus 2010
Setiap hari pukul 10.00 – 17.00 WIB

Pembukaan pameran
Jumat, 13 Agustus 2010, pukul 15.00 WIB – selesai
(dilanjutkan dengan acara buka puasa bersama)

Venue
Common Room Networks Foundation (Common Room)
Jl. Kyai Gede Utama no. 8
Bandung 40132
Telp./Fax.: +62.22.2503404
URL: https://commonroom.info

Dune

Deskripsi
Apa yang bakal terjadi apabila teknologi melompat keluar dari layar dan berbaur dengan alam serta lanskap di zaman kiwari? Perenungan ini pada awalnya adalah sebuah pertanyaan di dalam benak pikiran seniman Daan Roosegaarde ketika mengerjakan karya interaktif ‘Dune’ selama 4 tahun terakhir ini.

Dune 4.1 adalah sebuah karya interaktif yang dapat bereaksi terhadap tingkah laku manusia. Gabungan dari fenomena alam dan teknologi ini terdiri dari sejumlah besar serat yang dapat menyala menurut suara dan gerakan pengunjung yang berlalu lalang. Dalam hal ini, Dune 4.1 menyelidiki kondisi alam dalam kaitan futuristiknya dengan tata ruang kota melalui cara melihat, berjalan dan berinteraksi. Berjalan melalui karya ini digambarkan oleh pers internasional seakan tengah berada di dalam ‘Alice in Technoland’ (analogi cerita & film ‘Alice in Wonderland’).

Walaupun Dune 4.1 secara fisik dikemas dengan teknologi tinggi, pameran ini memberi penekanan kepada dunia pengalaman sensual dimana teknologi merupakan alat yang dibutuhkan namun tidak perlu terlihat keberadaannya. Dengan bereaksi terhadap suara dan gerakan, karya instalasi ini mengajak pemirsa untuk menciptakan ruang personal yang seolah menyelimuti seluruh permukaan tubuh kita. Melalui pengalaman ini, para pengunjung pameran mendapat kesempatan untuk membangun kesadaran akan hubungan yang dinamis dengan lingkungan di sekitar mereka.

Di beberapa tempat seperti Slovenia, dimana kebanyakan orang terbiasa pada sebuah situasi di mana dinding pun dapat memata-matai, generasi yang lebih tua agak merasa kurang nyaman dengan kehadiran Dune 4.1. Sebaliknya, aktor-aktor di Hollywood yang melihat karya ini dalam sebuat presentasi kerap mengatakan, “Lagi, lagi, perlihatkan lagi!

Dune

Terinspirasi oleh novel J. G. Ballard dan film-film David Lynch, karya Roosegaarde pada umumnya selalu berusaha untuk berbicara dengan mendorong interaksi yang langsung dengan setiap pengunjung pamerannya. Aplikasi teknologi interaktif mutakhir pada karya Dune 4.1 melahirkan karya cerdas yang dapat memodifikasi penampilannya sendiri berdasarkan deteksi yang dinamis pada perilaku manusia.

Melalui karya ini, Roosegaarde juga menggambarkan ketertarikan yang tidak berkesudahan pada wilayah abu-abu, yang mempertemukan dunia arsitektur, manusia dan teknologi. Dalam dunia seniman, secara konvensional ruang dan lingkungan adalah tempat bagi berbagai bentuk eksperimentasi dan uji coba. Selain itu, secara teoritik juga digambarkan bahwa alam dan teknologi yang berkembang secara bersamaan pada akhirnya akan menyatu. Pameran ini barangkali adalah sebuah gambaran yang kongkrit dari gagasan-gagasan tersebut.

Khusus untuk pameran di Indonesia, Roosegaarde juga terinspirasi oleh novel ‘The Tea Merchants’ yang ditulis oleh Hella Haase. Novel ini berkisah tentang pasangan Rudolf Kerkhoven dan anggota keluarga Jenny Roosegaarde Bisschop yang melakukan perjalanan dari Belanda ke perkebunan teh terpencil di daerah Preanger, Jawa Barat pada tahun 1871. Kisah ini adalah sebuah cerita yang hidup dari dunia yang hilang pada masa Hindia Belanda. Melalui pameran Dune 4.1 di Indonesia, sebuah hubungan baru telah mempertemukan lanskap kebun teh kuno dari keluarga Roosegaarde dengan pemandangan masa depan yang berpadu menjadi sebuah bentang alam yang baru.

Daan Rooseegarde

Sekilas Tentang Daan Roosegaarde
Berbasis di Rotterdam, Daan Roosegaarde belajar di Academy of Fine Arts (AKI) yang terletak di Enschede. Ia mengambil jurusan Monumental Sculpture sebelum melanjutkan untuk memperoleh gelar Master di bidang Arsitek dari Berlage Institute. Pada tahun 2005 dia mendirikan Studio Roosegaarde dan dengan cepat mendapat pengakuan dunia atas karya serta desainnya yang interaktif dan tidak biasa.

Sejak didirikan, Studio Roosegaarde menjadi pusat pengembangan kreatifitas untuk melakukan eksplorasi ide serta konsep yang konsisten dengan visi artistik Roosegaarde. Studio ini secara spesifik menyoroti dinamika hubungan antara dunia arsitektur, masyarakat dan e-culture. Kebanyakan dari karya Roosegaarde juga dibuat untuk membangkitkan situasi yang dapat mengakomodasi sebuah prinsip yang disebut “tactile high-tech”, dimana pengunjung dan ruang publik dapat menjadi satu dalam kurun waktu tertentu.

Roosegaarde sendiri tidak percaya pada penerapan yang statis dari perkembangan teknik, semisal menatap secara pasif pada layar komputer. Aplikasi teknis akan menjadi lebih interaktif ketika ia dapat menyesuaikan diri pada prilaku penggunanya. Sebagai contoh barangkali adalah penggunaan tangga berjalan. 100 tahun yang lalu tangga berjalan masih merupakan sebentuk instrumen teknis yang statis.

Dewasa ini tangga berjalan telah dapat menyesuaikan kecepatannya. Jika tidak ada orang yang menggunakannya, ia akan bergerak lebih lambat untuk menghemat energi. Pada saat seseorang menggunakannya, ia kemudian akan bergerak lebih cepat. Dalam hal ini kita dapat sama-sama melihat bagaimana perkembangan teknik dapat memiliki hubungan yang lebih alami dengan manusia dan lingkungannya.

Setelah mendapat pengakuan atas karyanya (diantaranya adalah “Dune” dan “Sustainable Dance Floor”), Roosegaarde kemudian mendapatkan kesempatan untuk menampilkan proyek interaktifnya di berbagai venue internasional seperti V2_, Netherlands Media Art Institute Montevideo, Tate Modern London, Yamaguchi Center for Arts and Media Japan, National Art Center Tokyo, Venice Biennale 2009 dan Victoria & Albert Museum London.

URL: http://www.studioroosegaarde.net/

Pameran ini terselenggara atas kerjasama dari Erasmus Huis, Common Room Networks Foundation dan HIVOS. Juga didukung oleh Program Studi Desain Komunikasi Visual – Institut Teknologi Bandung.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *