Feature

Menginisiasi Ruang Inovasi di Wandlitz


Common Room baru-baru ini diundang untuk terlibat dalam sebuah pertemuan yang diinisiasi oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) di Wandlitz yang terletak di pinggiran kota Berlin, Jerman. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari program Federal Ministry of Economic Cooperation and Development (BMZ) yang juga berkolaborasi dengan icebauhaus untuk menyokong perkembangan di bidang agrikultur dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Kegiatan ini digelar pada 8 s/d 12 September 2015 dan melibatkan para peserta dari Indonesia, Ethiopia, Senegal, Meksiko and Jerman sebagai tuan rumah. Selain sektor pertanian dan pemanfaatan TIK, pertemuan ini juga melibatkan beberapa kelompok peserta yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan dan kesehatan. Selain Gustaff H. Iskandar dan Lioni Beatrik yang mewakili Common Room dari Indonesia, juga ada Karlina Fitri Kartika, Rumidi Kuswandono, dan Ria Saryathi yang aktif bergerak di bidang pelesatarian lingkungan hidup.

Selama 5 hari berturut-turut para peserta dilibatkan dalam serangkaian kegiatan diskusi, presentasi, serta brainstorming untuk menginisiasi sebuah program yang bernama Innovation Factory. Secara resmi program ini dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Gundula Weitz-Huthmann yang mewakili BMZ dan Warren Brush dari The Permaculture Research Institute. Keduanya memberikan paparan singkat yang terkait dengan rencana untuk menginisiasi Innovation Factory untuk menjawab berbagai tantangan global dengan melibatkan para pembaharu yang memiliki latar yang beragam dari berbagai negara.

Ibu Gundula Weitz-Huthmann menjelaskan bahwa Innovation Factory adalah program rintisan yang diharapkan dapat memicu perubahan secara berkelanjutan di berbagai negara untuk menjawab tantangan global. Hal ini selaras dengan komitmen pemerintah Jerman untuk berperan serta dalam agenda pembangunan yang berkelanjutan di level dunia. Dalam hal ini BMZ secara khusus mengerahkan dukungan melalui pendekatan lintas sektor dan lintas wilayah untuk melibatkan para pembaharu dari berbagai latar belakang dan mendorong kerjasama strategis dalam kurun waktu yang panjang.

Terkait dengan Innovation Factory, Warren Brush memaparkan bagaimana isu kesehatan, pertanian dan pelesatarian lingkungan merupakan isu yang penting bagi situasi kemanusiaan saat ini, terutama dalam kaitannya dengan masalah perubahan iklim global. Inovasi, yang dalam bahasa latin disebut sebagai “innovatium” secara umum artinya adalah pembaharuan, perbaikan atau perubahan. Dalam hal ini inovasi sesungguhnya bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja. Dia memberi contoh bagaimana inovasi dapat menyelesaikan wabah kolera di sebuah camp pengungsian di Voinjama (Liberia), saat seorang warga sepuh berumur 90 tahun membuat sebuah penampung air hujan yang dapat digunakan sebagai sumber air minum.

DSC_0073_web
Perkenalan Peserta
Selain sambutan dari penyelenggara, hari pertama kegiatan ini diisi dengan sesi perkenalan dari setiap peserta. Selanjutnya penyelenggara memaparkan konsep program dan rencana kegiatan untuk beberapa hari ke depan. Uniknya pada setiap sesi selalu ada sebuah fase refleksi diri yang dilanjutkan dengan kegiatan bernyanyi bersama sehingga suasana menjadi lebih cair dan menyenangkan. Selain itu ada seorang ilustrator yang secara intensif mencatat setiap peristiwa dan pembicaraan menjadi kumpulan gambar yang informatif. Khusus untuk kegiatan ini para peserta juga diminta untuk membawa artifak budaya dari negara masing-masing. Setiap hari di awal pertemuan, beberapa peserta diminta untuk bercerita tentang asal-usul serta narasi yang terkandung di dalam artifak mereka.

Pada sesi perkenalan, Gustaff berbagi cerita tentang kujang yang berasal dari Jawa Barat dan memutar lagu “Ayang-Ayang Gung” yang menarasikan kekesalan dan kemarahan petani Priangan di masa penjajahan Belanda. Lagu ini sekurangnya masih mencerminkan kondisi yang dialami oleh sebagian besar petani yang mengalami berbagai tekanan karena ketimpangan dan ketidakadilan. Hal ini diperparah oleh fenomena perubahan iklim yang membuat banyak petani di dunia mengalami kesulitan karena rusaknya kondisi lingkungan serta berkurangnya kualitas lahan tempat mereka bekerja.

Hari-hari berikutnya diisi dengan kegiatan rutin yang terdiri dari presentasi, diskusi kelompok, serta refleksi yang dipandu oleh beberapa fasilitator. Di sela-sela kegiatan selalu ada sesi refleksi dan permainan yang dilakukan di luar ruangan. Suasana Wandlitz yang tenang dan cuaca yang tengah berada di penghujung musim panas membuat suasana menjadi hangat dan menyenangkan. Sesekali angin dingin berhembus di Seepark Kurhotel yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan. Letaknya tepat di pinggir Danau Wandlitz (Wandlitzsee) yang jernih. Dulunya tempat ini merupakan rumah peristirahatan para pemimpin Jerman Timur, sehingga memiliki nilai sejarah yang unik.

Secara garis besar orientasi program Innovation Factory dibagi menjadi 3 sektor utama, yaitu ICT bagi pertanian (ICT4AG), pelestarian lingkungan (Future4nature), serta pemanfaatan internet untuk kesehatan (e-Health). Peserta yang dilibatkan dalam program ini memiliki latar belakang yang sangat beragam, mulai dari seniman, penulis, aktivis lingkungan, dokter, programer komputer, dsb. Setiap peserta yang terlibat rata-rata telah melakukan banyak hal di negara asal mereka. Salah satunya adalah Awa Caba, perempuan muda dari Senegal yang membuat platform digital yang digunakan untuk mempermudah petani di sana untuk menjual produk mereka ke pasar yang lebih luas.

IMG_1160_web
Tantangan dan Kompleksitas Baru
Diantara rangkaian pertemuan di Wandlitz, ada beberapa sesi diskusi kelompok yang secara khusus membicarakan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para peserta di negara masing-masing sesuai dengan bidang yang mereka geluti. Diskusi ini kemudian dipertajam dalam forum pembahasan antar kelompok yang mencoba mencari beberapa wilayah irisan yang saling berhubungan. Isu yang terkait dengan pemanasan global, kerusakan lingkungan, kemiskinan dan korupsi mengemuka di beberapa kelompok diskusi yang ada. Selain itu diskusi antar kelompok juga membincangkan masalah pertumbuhan populasi yang memicu meningkatnya kebutuhan akan sumber pangan, energi, air bersih, rumah tinggal, dsb.

Diskusi antar kelompok juga membahas berbagai pendekatan yang dianggap menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah yang mungkin dikembangkan. Prof. Samuel Kingue dari Kamerun menceritakan bagaimana pemanfaatan teknologi internet di negaranya sangat membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah yang sulit dijangkau. Warga kebanyakan saat ini dapat dengan mudah mengases informasi dan pengetahuan sederhana yang dapat membantu mereka meningkatkan kualitas kesehatan di lingkungan terdekat. Ke depan Prof. Samuel berencana untuk memaksimalkan penggunaan internet untuk layanan kesehatan di kalangan warga kebanyakan.

Sambil dibantu oleh fasilitator kegiatan, para peserta kemudian diajak untuk merancang bermacam gagasan dan pendekatan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi persoalan dan tantangan yang ada di negara masing-masing. Selain mendapat masukan-masukan yang terkait dengan upaya untuk mengenali persoalan di sekitar mereka, para peserta juga diajak untuk berdiskusi menemukan cara-cara yang inovatif dalam menjawab tantangan yang ada melalui contoh-contoh yang berkembang di berbagai negara. Di sela rangkaian kegiatan ini, para peserta juga terus diajak untuk bermain sehingga suasana menjadi lebih santai dan menyenangkan.

Dalam salah satu sesi, Ibu Angelika Friedrich dari GIZ memberikan penjelasan secara detail mengenai arah pengembangan Innovation Factory di masa depan. Ia menjelaskan bahwa setelah kegiatan pertemuan di Wandlitz selesai, para peserta diharapkan dapat merintis kegiatan di negara masing-masing dengan berkolaborasi dengan mitra tertentu di Jerman. Melalui pendekatan seperti ini dia berharap kegiatan yang dikembangkan bisa relevan dengan kebutuhan dan situasi di tingkat lokal, namun juga terkoneksi dengan isu-isu global. Dalam tataran praktiknya, kegiatan yang dikembangkan juga diharapkan dapat melibatkan warga setempat sehingga pada tahap tertentu dapat berkembang secara mandiri dan berkelanjutan.

Pada hari terakhir pertemuan, para peserta diberi kesempatan untuk memberi paparan tentang beberapa rencana yang telah didiskusikan di kelompok masing-masing. Secara garis besar setiap kelompok menyampaikan pandangan serta beberapa rencana yang akan dikembangkan di negara masing-masing. Sebagian besar program yang dikembangkan terfokus pada pemanfaatan TIK bagi pembangunan di wilayah pedesaan, pelestarian lingkungan, serta peningkatan kesehatan. Selanjutnya stiap peserta diberi kebebasan untuk menyampaikan masukan dan pendapat mereka. Kegiatan ini kemudian ditutup dengan acara ramah tamah yang menyuguhkan makanan dan minuman dari negara asal para peserta. Alhasil pertemuan di Wandlitz telah berhasil merumuskan beberapa rencana yang diharapkan dapat memicu inovasi dan perubahan. Kini saatnya untuk merealisasikan ide menjadi kenyataan. Saludos!

All photos by Chris Holland (2015)

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *